Generasi Insan Cita Sebagai Citra Diri Ulul Albab Dalam Pusaran Demokrasi Negeri 2019
GENERASI INSAN CITA SEBAGAI CITRA DIRI ULUL ALBAB
DALAM PUSARAN DEMOKRASI NEGERI 2019
Oleh: Fardan Abdul Basith
(Direktur Badan Penanggulangan Anti Radikalisme PW IPNU Jawa Barat)
Menelitik beberapa momentum dalam pesta demokrasi diNegeri ini memang tiada habisnya, pasalnya setiap momentum pasti memilki karakter perubahan tersendiri, maka tak ayal setiap elemen golongan disparitas masyarakat khususnya pemuda ingin memiliki peran sehingga Menarik tatkala melihat phenomena saat ini saat mata kita di ramaikan oleh beberapa hal yang terjadi di media dan tidak lepas dari arus kekuasaan politik oligarki dan pengaruh kebijakan pemerintah, yang seolah-olah dizaman ini kita tergiring arus pusaran tersebut yaitu seolah masa kini adalah peran kita tanpa memiliki panjang rekam jejak serta kapasitas investasi sosial yang belum mempuni apalagi kerangka pemikiran yang masih dogmatis membuat miris tanpa tau apa yang hendak dikerjakan, menyoroti perilaku pelajar dan pemuda hari ini meruncing pada fungsi dan tanggung jawab sosialnya yang lepas, akibat dari arus informasi yang sangaat massif menyoroti satu sekktor saja khususnya pada pesta demokrasi dinegara ini yang kurang dari sorotan para pelajar, apa yang menjadi penyebab? Masalahnya adalah kalangan pelajar yang seharusnya mengerti dan faham akan arus kekuasaan politik dan pengaruhnya terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah seolah naïf sekali bahwa phenomena pelajar atau pemuda diJawa Barat Khususnya menjadi lepaps dari perannya yang akan meneruskan arus perubahan modernitas kearah yang lebih sustainable, inilah dampak dari subjek kekuasaan, padahal kalangan pelajar sebagai pemilih pemula seharusnya diberikan pengertian dan pemahaman terhadap pentingnya menyadari pengaruh arus kekuasaan politik dinegeri ini,
Karena tantangan pelajar saat ini diJawa Barat Khususnya mengarah pada lunturnya kearifan local dari penalaran pelajar sebagai ruh dalam menyikapi arus modernis yang berkaitan erat pada pembentukan dan penguatan karakter para pelajar atau pemuda, inilah yang kemudian sebagai perkembangan arus modernisasi melalui hegemoni perebutan kekuasaan media yang berdampak pada pergeseran kebudayaan yang perlu senantiasa dijaga dan berevolusi kepada yang lebih baik, dengan demikian pelajar atau pemuda kehilangan penerawangannya terhadap realitas yang sedang terjadi, sehingga pada akhirnya mereka tidak sedikitpun menyoroti hal tersebut, karena itulah target dari pemegang kendali kekuasaan.
Demikianpula berkaitan dengan hal tersebut pelajar harus sudah memliki persiapan yang matang sejak dalam fikirannya untuk menyeimbangi arus kekuasaan politik pada zaman milenial, jika tidak maka tetap hanya akan menjadi penonton saja tidak akan mengambil bagian untuk menyumbangkan ide dan gagasannya untuk perubahan watak dan kesadaran pelajar, serta harus menjadi contributor dalam melakukan karya-karya positif untuk mengarahkan potensi yang lebih multycultral serta tanggap dan respon terhadap setiap perubahan social di masyarakat karena itu adalah hasil dari kebijakan yang dibuat oleh pemerintah secara sistematis, maka dari itu generasi pelajar saat ini harus sudah memiliki pilihan untuk masuk dan terlibat bersama didalam organisasi kepemudaan contohnya memilih wadah pengorganisirin pelajar seperti Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama atau IPNU yang akan meneguhkan karakter kalian semua para pelajar atau pemuda kearah yang lebih baik dimasa depan,
Sebagai proses transformasi khazanah keilmuan pelajar harus memiliki karakter khususnya diJawa Barat harus ikut serta untuk menyikapi permasalahan dalam hal praktik politik pragmatis yang tidak mengajarkan kepedulian social karena cendrung praksis, yang selalu salah sasaran bagi kalangan pelajar sehingga menyebabkan salah penafsiran dalam menyelenggarakan pendidikan politik bagi kalangan pelajar atau pemuda, kiranya pandangan pelajar dalam menyikapi peran dan fungsi pendidikan politik pada kalangan pelajar yang justru ingin mendayung kekuasaan agar lebih luas, contohnya saja salah sasaran dalam proses sosialisasi pemilihan umum pemimpin di daerah itu sendiri, padahal pemuda memiliki standing posision yang sangat strategis akibat dari kurang menyentuh pelajar serta minimnya keterlibatan OKP dalam proses sosialisasi dan cendrung sepihat serta tidak menyeluruh secara informasi,
Hal diatas mendorong para pelajar atau generasi penerus insan cita sebagai citra diri insan intelektual untuk memperpanjang harapannya khususnya dalam penyelenggaraan Pesta Demokrasi dinegeri ini, yang sekiranya akan didengarkan oleh pemerintah siapapun itu yang ingin dikenang amaliyah dalam amanahnya, Harapan PW IPNU Jawa Barat yaitu :
peran pelajar dan pemuda harus diprioritaskan diJawa Barat sebagai bentuk keterbukaan demokrasi yang tidak liberal juga radikal apalagi tertutup.
Pemerintah juga harus menjadikan pemuda sebagai ujung tombak pembangunan suprastruktur dengan berpacu pada multiculturalisme, khususnya diJawa Barat, karena Negara kita ditahun 2025 akan menyongsong Bonus Demografi pemuda sebagai “the new golden generation”.
Para pelajar pun harus memiliki nalar analitik yang mempuni dalam mempersiapkan kecakapan berfikir serta investigasi klas sosial atas perilaku yang terjadi dimedia ataupun di lingkungan sekitarnya.
Jawa Barat sebagai wilayah dengan penduduk terbesar diIndonesia secara otomatis wilayah Jawa Barat-pun menjadi tempat pepulasi pejar atau pemuda terbesar di Indonesia dan ini yang luput dari pelajar generasi zaman milenial ini.