Lomba Blog #sahabatkeluarga
PENGUATAN PERAN KELUARGA DALAM PENDIDIKAN ANAK MASA KINI
Oleh : Fardan Abdul Basith
Dalam pelaksanaan hidup berkeluarga terkadang banyak yang tak menyadari apa yang menjadi tugas dan fungsinya atau tujuan ia hidup berekeluarga, maka dari itu peran dan fungsi keluargapun menjadi bagian terpenting bagi manusia yang hidup dalam jalinan keluarga, terutama tatkala banyak penomena dijaman sekarang para remaja memilih untuk menikah dini sehingga tak mampu dipungkiri dalalm berkeluargapun masih terkesan premature, karena akibat kurangnya pengalaman yang ia dapatkan dalam perjalanan menuju pernikahan maka dari itu khidupan paska pernikahanpun tak mampu memahami alaur dan bentuk penyelesaian yang harus diambil. Sering orang menyebutpun usia muda mengarahkan pada perceraian yang sangat relative cepat dan akhirnya sebutan janda muda pun kian hari menjadi sebuah kata yang sudah tidak asing lagi ditelinga kita, duda muda pun seolah tak menampakan jatidirinya sebagai dipihak sipencerai dan hak asuh anakpun menjadi rebuan tatkala menjadi keinginan sepihak yang tak ada jalan penyelesaiannya.
Anak dalam keluarga menjadi aspek penting pendorong dalam membangun jalinan keluarga yang harmonis alias samawa. Namun kita dapat mengambil pelajaran dalam setiap kejadian yang terjadi di-alam ini, namun bagaimana kemudian apa yang selalu berbenturan dengan fikiran kita tersebut mampu kita jadikan pelajaran untuk kehidupan panjang kita, dalam artian supaya menjadi contoh, seperti yang terdapat disekeliling kita yang terlihat dan Nampak dari kehidupan social tetangga kita, keluarga sbelah, ataupun yang kita lihat dari tayangan televisi sekalipun, lalu bagaimana agar kita dapat mengetahui dan mennyadari peran-peran keluarga dalam mendidik anak atau sanak famlinya, kita ambil contoh dalam proses sinetron yang selalu kita tonton dalam tayangan televisi, itu merupakan gambaran dari sebuah rekaman kehidupan berkeluarga. Dalam megasuh anak kadang disinetron kebanyakan menjadi naif para orang tuanya tersebut tatkala lebih memilih kariernya daripada mendidik anak-anaknya, akibatnya anak tersebut meniadakan jasa orang tuanya tatkala sudah dewasa. Yaa memang lagi-lagi kita bingung sendiri dalam mendidik anak yang dihasilkan dari embrio keluarga sendiri, disisilain kita harus hidup dengan propesionalme, dan disisi lain kita pun harus menghidupi para anak-anak kita, mari kita cek apa saja yang harus kita perhatikan dalam proses mendidik anak-anak kita, yang sangat jarang sekali disadari oleh kebanyakan keluarga.
Pendidikan bisa dikatakan penting karena mengandung banyak efek terhadap keberlangsungan hidup manusia didunia, lantas apa kemudian hal penting dalam pendidikan tersebut, almarhum Paulo Fraire yaitu salah satu tokoh filusuf pendidikan mengatakan bahwa yang terpenting dari pendidikan adalah proses memanusiakan manusia secara manusiawi, yang disebutkan dalam bukunya yang berjudul Idiologi-Idiologi Pendidikan, maka jelaslah apabila ditanyakan siapa yang paling berperan dalam pendidikan dalam keluarga yaitu orang tualah yang bertanggung jabawab atas semuanya, karena orang tua akan terus mendorong proses memanusiakan sang anak dengan cara manusiawi dan dengan berbagai hal apapun demi kebaikan untuk para anak-anaknya.
Thomas Gordon dalam bukunya Responsible Parent (1976) memaparkan bahwa orangtualah guru utama anak. Prosesnya sejak anak dipangkuan orang tua, patut disadari oleh seluruh kalangan orang tua yang berkeluarga bahwa perbedaan antara mendidik dengan mengajar sangatlah berbeda sekali, ketia kita paham apa yang semestinya ajarkan pada anak tidak akan serta merta menjadi kesenangan anak, Karena antara peran orang tua dengan guru disekolah tatkala memberikan pengajaran pada anak lebih cendrung meneladani yang diajarkan disekolah dominasi itu tercermin dari pemahaman penulis mengenai makna dari mengajar yang lebih pada perkembangan pengetahuan dan mendidik yang mengarahkan ada perkembangan moral atau sikap sianak didik tersebut. Maka setelah itu apa yang menjadi kebutuhan keluarga akan senantiasa terpenuhi untuk mendidik anaknya karena secara maksimal dan menyeluruh keluarga tersebut setidaknya sudah memberikan penguatan terhadap anak didiknya. Sebetulnya dalam konsep krucut pendidikan para analist pendidikan mengungkapkan bahwa system pengajaran dalam pendidikan itu ada dua unsur yaitu, yang pertama adalah pedagogic learning merupakan system pengajaran untuk anak-anak yang usianya masih dibangku sekolah bila diperkirakan dari usia 6 sampai 15 tahun atau dari SD sampai SMA atau sederajat, dan pengajaran ini guru atau si pengajarlah yang dituntut untuk memberikan 70% pendidikannya kepada murid dan 30% muridlah yang harus secara sadar mencari pengetahuan sendiri. dan yang ke-dua adalah andragogig, system pengajaran ini klebih digunakan pada kalangan pelajar dewasa, seperti halnya para mahasiswa yang melnjutkan diperguruan tinggi, dan secara fase usia dewasapun bisa dilihat dari perkembangan usianya yaitu rata-rata dar usia 15-25 tahun. Maka dalam rangka turut membantu pendidikan anak orangtua memiliki waktu yang sangaat leluasa untuk memberikan pendidikan dikeluarga secara prosentasi 80% peran orang tua sangat berfungsi pada perkembangan moral anak. Dan 20% sisanya digunakan pada pengembangan pengetahuan disekolah.
Untuk membangun mental kritis anak dari sejak dini sesuai dengan perkembangannya para orang tua dapat menggunakan metode Stimulus, Respon atau (possibility, suppose, hypothesis ) disini anak tidak dibiasakan untuk menilai sesuatu yang sudah lazim, jadi bukan melihat baik atau buruk, benar atau salah, ya atau tidak dan penilaian hitam putih lainnya. Namun anak dipancing untuk menerima konsep “kemustahilan” atau penyanggahan semenatara agar si anak tersebut cerdas dan terdorong untuk mengetahui banyak hal dari sedikitnya pengetahuan, sehingga anak dengan tersendirinya mengeluarkan ide dan gagasan kreatifnya.
Bagi orang tua tak ada salahnya untuk menggugah dan menggali potensi kreatifitas anak, semisal dengan motede sederhana pemberian konten visual, Contohnya seperti anak seusia TK misalnya diberikan gambar dan teks dari Koran atau media lain dan orang tua itu mengarahkan pada anak agar mengkombinasikan antara gambar dan teks, mereka bisa diintruksikan untuk menempekan teks yang sesuai dengan gambar dibawanya, yang sudah dibuat atau dipersiapkan oleh orang tua, maka dengan tersendirinya anak tersebut akan mencoba menggali kreatifitasnya, dan kombinasi gambar tersebut bisa bersipat serius, lucu dan beberapa foto dari cerita. Perlu diketahui hal tersebut akan mengasah daya cipta, serta memperluas presepsi serta kemampuannya dalam menemukan sebuah alternatif, karena boleh jadi teknik menyetir otak seperti ini bisa diterapkan pada usia berapapun disesuaikan dengan tingkat pemahaman anak, namun dengan pendekatan yang sangat “bijaksana” serta para orangtua-pun memposisikan diri sebagai mitra atau sahabat, bukan lagi seperti guru atau yang memberi perintah pada anak-anaknya yang banyak mendikte.
#sahabatkeluarga