PMII SEBAGAI MANIFESTASI INTLEKTUAL DALAM MERAWAT DAN MENTRANSFORMASIKAN NILAI-NILAI ASWAJA YANG SINERGIS DENGAN PENGKADERAN DAN PENGEMBANGAN LEADING SEKTOR DI LINGKUNGAN KOMISARIAT UIN SGD CAB.KOTA BANDUNG
Selayang Pandang yang Terpandang jauh.

BAB I

A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia merupakan sebuah wadah pengkaderan ideologis yang perlu kita tapsirkan secara nalar maupun gerak, mahasiswa islam Indonesia memiliki karakter khusus dalam mengembangkan cita-cita bangsa yang responsive dalam menentukan arah gerak suatu negara, pun sejatinya kampus yang kita bisa sebut sebagai miniature sebuah negara karena didalamnya terdapat berbagai tipologi masyarakat kampus, dari kalangan birokrasi selaku pengampu kebijakan tertinggi sampai stap keamanan yang ikut serta dalam membangun visi misi suatu kampus, terlepas dari hal tersebut PK.PMII UIN Sgd Cab.Kota Bandung secara historis sudah banyak terliabt dalam mengusung visi misi kampus UIN Bdg kearah yang lebih berkembang hal ini terlihat dari perlawanan dan kritik oto kritik yang dilontarkan oleh kader-kader PMII UIN Sgd dari masa kemasa, secara objektifikasi data yang saya himpun selama berkecimung di PMII di awal tahun  2013.  4 tahun silam sudah banyak rekam jejak pmii komisariat UIN Sgd Bandung yang sangat memberi dampak positif pada pengembangan jati diri dan potensi para kadernya, dari mulai pergejolakan sistem kampus yang sudah hampir menemukan benang merah perebutan struktur atau leading sektor pengkaderan melalui media organ intra kampus, sampai penegakan student goverment yang perlu kita terjemahkan sesuai dengan asas organisasi yang berlandaskan haluan ahlussunnah wa aljamaah, yang mana sejatinya secara demograpis kader dan anggota dimasing-masing Rayon itu sudah sepatutnya memiliki nalar pengetahuan yang tidak “patojaiyah” dengan kawah candra dimuka PMII, yang mana selalu setia pada pengawalan islam ahlussunnah waaljamaah dan ikut serta membangun dan mencerdaskan anak bangsa. Anggota dan kader yang berada dilingkungan Komisariat UIN Sgd Bdg sudah seharusnya menyadari hal demikian, bahwa ssadar ataupun tidak sadar bahwa rayon sebagai tempat reproduksi kader sudah sepatutnya menyadari proses transfusi gizi intektual yang di proses di PMII, selai dari pada itu Rayon sebagai basis penggojlogan dan mentransformasikan nilai-nilai aswaja atau produk hukum pmii yang lainnya.  Perlu kita sadari bersama sebagai kader pergerakan yang memiliki spirit islam “ahlussunnah waaljamaah” tidak seharusnya mendistorsikan spirit kultur dan spirit islamic knowladge development atau atau semangat mengembangkakn wawasan pengetahuan keislaman yang menjadi sumber hukum nalar dan gerak.
Sadar atau tidak pada setiap diskusi panjang yang disadarkan pada metodologi penganalisisasan kita terpejam pada bagian tata kelola berfikir andragogik dikalangan kader, wacana  ini sesuai dengan yang disuarakan oleh almarhum faulo praire selaku guru spiritual dan filusup pendidikan bahwa “pendidikan sejatinya untuk pembebasan” penyadaran sebagai inti proses pendidikan untuk pembebasan, inilah yang diamanatkan oleh beliau bahwa setiap insan yang sadar dan terklasifikasikan pada al-insanu hayawanu natiq sudah sepatutnya menyadari tanggung jawab manusia yang kita ketahui bersama bahwa manusia memiliki 3 inti tanggung jawab yaitu : tanggung jawab intlektual, tanggung jawab moral, dan tanggung jawab sosial itulah yang harus kita rangkum bersama demi terciptanya kesadara kolektif dalam mengusung cita-cita organisasi. Selain daripada itu sebagai kader pergerakan, gerakan sosial tidak seharusnya diparsialkan oleh ketidak pahaman asas nilai dasar yang ada pada PMII atau biasa kita namai NDP. Hal tersebut seyogyanya akan mengarahkan pada kedewasaan dan keterpimpinan pada setiap jati diri kader pergerakan dilingkungan UIN Sgd Bdg, karena proses Human Enginering atau dehumanisasi itu harus kita nobatkan pada kehidupan sosial dan masyrakat umum yang menjadi sumber segala pengetahuan dari jaman filusuf Plato sampai hari ini, yang mana saya tegaskan tidak adal status sosial yang abadi apabila kita terpengaruhi oleh ketidak pastian dan ketidakjelasan berorganisasi pun dengan idealisme seorang kader sejatinya mampu menyeimbangkan pengetahuan dan gerak sistemik karena sejatinya idealis bukanlah sempurna akan tetapi merupakan keseimbangan dalam bertauhid, bertasawuf, dan beribadah. Itulah  mengapa kita harus sadar akan spirit NDP dalam Pergekan yang kita namai PMII ini.
Dengan demikian sudah kita dapat pastikan dengan penglihatan dengan pembebahasan kebdohan, akan kita songsong kegemilangan PMII dimasa Keemasan PMII Komisariat UIN Sgd Bdg hari ini. Tangan terkepal dan maju kemuka...!  lawan...LAWAN... lawan!!. Proses pengambilan hukum atau dalam kalangan fiqih disebut istimbatil hukmi inilah yang dinilai harus kita pahamibahwa demi tercapinya tujuan organisasi kita harus paham dan yakin, sadar dan insyaf bahwa PMII adalah wadah kawah candra dimuka yang mana kita sadari bahwa setaip adat atau budaya akan menjadi hukum “al-adah al-muhakamah” . sahabat sekalian priode kepriode telah kita sadari bersama bahwasanya pergerakan mahasiswa islam indonesia sudah mampu mensinergiskan perentaskan kebodohan kaum arus pinggiran, dan sudah saatnya kita menempatkan pada posisi yang lebih “think out the box”,dalam artian sudah saanya kita rebut hak-hak kita sebagai mahasiswa aktivis yang mampu mendayung didua pulau yaitu pulau persaingaan klas tippologi mahasiswa dan klas kaum intlektual muda di Kampus kita ini, kiranya kontra produktiflah apabila kita tak mampu menyeimbangkan tugas kita sebagai anggota dan kader pergerakan dengan tanggung jawab individu kita. Sekali lagi saya tegaskan bahwa ketidakjelasan seorang kader dalam bersikap kritis dalam berorganisasi takan mampu mengabdikan dirinya dengan sepenuh jiwa, karena saya sadar bahwa melihat bukan oleh mata, dan mendengar bukan oleh telinga apabila kita tak memfungsikan “sence of bilonging” kita pada organisasi yang kita rawat bersama ini. Karena di PMII sebaik dan sebagus apapun konsep yang kita miliki nilih kiranya apabila tidak disesuaikan dengan action. “Diskusi-Refleksi-Aksi”. Mari rekatkan kembali rumpun nalar kita, asah kembali nalar akademis dan kritis transformatif kita agar talenta seorang kader pergerakan mampu memiliki peran-peran strategis dalam menggellorakan spirit pergerkan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Seperti apa Karakter varian gerakan PMII Komisariat UIN Sgd Bandung. Lunturnyanalar perngetahuan khasanah keilmuan sejarah islam indonesia, dan NDP yang multicultural.?
2. Apakah Tujuan PMII yang sinergis dengan kebutuhan anggota dan kader disetiap basis rayon itu disintegritas, lalu bagaimana memaksimalkan transformasi pengetahuan dan nilai-nilai PMII melalui kegiatan diskursus-diskursus kecil door to door.?
3. Seperti apa Strategi yang akan mengarahkan pada pengkajian islam ahlussunnah waaljamaah demi terciptanya pergerakan yang kokoh, perpolitikan yang ideal, dan diskusi yang substansial?
                 Rumusan masalah diatas telah kita objektifikasi pada penalaran hukum alamiah basis kaderisasi ditingkatan rayon-rayon yang belum dapat memaksimalkan program dalam merealisasikannya.
Gambaran umum yang saya dapat dari data primer mengarahkan pada analisis deskriptif dan rekam jejak para kader-kader pendahulu kita, yang mana kita tak dapat menegasikannya apabila ingin PMII UIN Sgd Bandung ini sesuai dengan cita-cita dan tujuan PMII.
                Dengan terjadinya perpindahan kultur pada tingkatan smester yang diemban oleh para kader /anggota itu harus sudah sepatutnya mampu memahami secara seksama dengan kedinilaian potensi individunya masing-masing, seperti halnya kita studi kasus kepada para kader yang muncul siklus lunturnya spirit konsolidasi pengetahuan, yang akan mengarahkan kepada lintasan down mental para anggota dan kader.
               Pada penyajian data primer saya mencoba menganalisis secara subjektif kepada komisariat dilingkungan cabang kota Bandung dengan cara uji korelasi perkembangan kaderisasi secara priodik diberbagai tingkatan PMII, dengan kuantitatif yang mendominasi dari perkembangan hirarkis kaderisasi PK.PMII UIN Sgd Bdg yang menempati poros gerakan kaderisasi yang memberikan kontribusi kaderisasi terbanyak, dibaning UNINUS dan UPI, hal ini sudah seharusnya menjadi tanggung jawab bersama terkait prosesi kaderisasi dimasing-masing tingkatan, dengan memperkukuh kembali gerakan diskursus pola kaderisasi secara panel, bisa menggunakan jalur pendidikan formal di PMII ataupun dengan menggunakan cara Pendidikan Non Formal.
Maka dari itu pentinglah kiranya memadukan pola kaderisasi yang sesuai dengan kebutuhan pengurus dan anggota dimasing-masing basis melalui pelatihan-pelatihan penyelenggaraan even atau biasa disebut “Manajemen Event” seperti contoh membentuk panitia khusus penyelenggaraan Pelatihan Protokoler, atau Training Of trainer, dengan menggunakan penyadaran seperti itu kiranya pendidikan non formal yang disajikan ditingkatan basis kader pergerakan akan mampu sinergis dengan pertanyaan-pertanyaan dan kekeliruan-kekeliruan yang dirasa sulit dipecahkan dimasing-masing tingkatan basis. PDKT (pelatihan Dasar Kepemimpinan Terpadu) yang diprogramkan dengan yang saya katakan sebelumnya itu sudah dapat mengkodipikasikan berbagai konten-konten materi didalamnya. Karena yang terpenting dari proses penyelenggaraan kegiatan adalah mengetahui secara jelas dan faham akan proses, infut, dan output sebuah kegiatan tersebut.
                Analisis data yang saya ajukan berangkat dari sumber persoalan pada rumusan masalah diatas sehingga munculah metode pengumpulan data, dengan membaginya kedalam dua bagian, yaitu:
1. Data Sekunder: analisis dampak dari pengetahuan dan wawasan PMII secara global
2. Data Primer: diambil dari objektifikasi problem pada semua tingkatan.
3. Ruh gerakan kaderisasi dan intlektual inilah yang menjadi tolak ukur pengembangan kaderisasi dan pengembangan intlektualitas semua kader PMII.
C. Tujuan Penelitian
Untuk lebih menjungjung tinggi nilai-nilai dan produk hukum PMII agar kemudian diharapkan dapat membentuk kader-kader ideologis yang mampu menjadikan PMII sebagai penyambung lidah masayarakat Kampus kalangan awam hukum dan politik tak berasaskan pancasila, serta mengedepankan asas kritis yang diimbangi dengan wawasan pengetahuan multy global, sebagai bukti dari implementasi  kaidah ushuliyah yaitu : “Almuhafadhotu a’la Qodimi Assalih wa Alakhdu Bil Jadidil Ashlah” agar diharapkan mampu menjaga nilai dan tradisi lama yang baik dan mengeembangkan tradisi baru kearah yang lebih baik lagi.

BAB II
Visi & Misi

Atas perkembangan analisis tersebut maka terbentuklah ide dan gagasan kecil saya untuk beri’tikad mengembangkan PMII UIN Sgd Bandung Kearah yang progres produktif dan proaktif dengan memperkokoh dan memperjuangkan hak-hak mustdafhin yang di kawal oleh pormasi organisasi yang ungggul dan kompetitif dalam bergerak.
Dengan menuangkannya pada Visi dan Misi Sebagai Berikut:
A. Visi
“Mewujudkan cita-cita PMII Komisariat UIN Sunan Gunung Djati Cabang Kota Bandung yang kokoh pormasinya dan cakap dalam mengamalkan kaderisasi”
B. Misi
1. Menghidupkan PMII kearah yang lebih santai dan tak arogan dengan mengawal proses kaderisasi Raayon.
2. Mewujudkan dan berperan aktif dalam mengolah Media untuk alat kritik atau oto kritik serta mengawal aksi untuk merefleksikan diskursus keilmuan.
3. Menjaga kultur PMII yang sesuai tujuan dan menjadikan ruang fublik sebagai sarana sosial PMII Kom.UIN Sgd Cab.kota Bandung.
4. Membentuk militansi kader yang bertanggung jawab dengan proses pengembangan potensi anggota dan kader.
C. Program Jangka Pendek
1. Optimalisasi tata kelola dan tata kerja organisasi  dengan membentuk pelatihan manajeman event/pelatihan instruktur.
2. Mengawal dan memberikan pemahaman sistem kampus demi terwujudnya leading sektor intra kampus dan tegaknya student goverment yang seimbang. Dengan mengadakan sekolah regulasi kebijakan dan anggaran kampus.
3. Menghidupkan nalar Aswaja dan Hirarkis sejarah Islam indonesia dengan mengadakan forum diskusi panel agar terbentuk sikap, mental dan intlektual,

BAB III
Kesimpulan

Setiap manusia adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawabannya, marikita tanamkan sejatinya berbakti dengan mendidik diri dan berkarya semaksimal mungkin bersama Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, dengan menyadari berorganisasi hari ini kita didorong pada arus modernitas yang sangat pesat, maka apabila kita tak mampu terus mengolah potensi diri dengan berorganisasi selamanya kita akan menjadi manusia yang mati.
Tangan terkepal dan maju kemuka bukan slogan saja namun merupakan sebuah kalimat yang harus menjadi pecutan pada diri kita semua, bahwa seyogyanya berfikir itu tak sebercanda yang kamu kira kawan. Mari sahabat rapatkan barisan untuk menjungjung tinggi nilai dasar pergerakan dan idiologi islam Ahlussunnah waaljamaah dari sejak fikir sampai pengamalan.
Kita songsong kegemilangan PMII dimasa emas para kader pergerakan.





#Fardan Abdul Basith