Kopi Dapat Menyebabkan Kebebasan Sejati Tanpa Mengganggu Kebabsan Orang Lain

Oleh: Fardan el Basith

           Soekarno sang pahlawan Revolusioner merupakan bangsa asli indonesia pun mengajarkan kita untuk memaknai arti sebuah kopi berikut dengan kegenitan didalamnya.     Apakah gerangan tau bahwa kopi adalah sebuah minuman yang sangat khas dikalangan bangsa indonesia, dari jaman dahulu sampai saat ini. Sebetulnya soekarno tidak mewariskan harta kepada kita beliau hanya mewariskan ide dan gagasan atau ilmu yang perlu kita sadari bersama. Bahawa potensi bersosial dan merakyat harus kita tanamkan sedalam-dalamnya dalam jiwa kita, agar tidak timpang dalam memaknai kehidupan ini. Sahabat tau bahwa kenapa beliau mewariskan hal teraebut.                Bahwa kehidupan takan cukup hanya mengurusi harta. Takan cukup hanya mengurusi hidup yang bergontok2kan. Takan cuk dibeli dengan jumlah nominal.         Persahabatan atau iman kerakyatan lah yang akan melanggengkan kehidupan pada mahligay hablumminannas yang sesungguhnya. Karena nilai kemanusiaan sejatinya tak boleh dan tak harus diperjual belikan apalagi di kotak-kotakan dalam bentuk kesenjangan ataupun negasi menegasikan.
             Mari kita sadari bersama bahwa kehidupan sosial itu tak hanya menyoal tentang eksistenai diri. Meski bagi sebagian kalangan baginya penting ber-eksistensi. Akan tefapi ada yang lebih perlu kita maknai dengan penuh bijaksana bahwa proses memanusiakan manusia lebih penting ketimbang meng-eksiskan diri . Didunia nyata mungkin kita sulit membedakan kepercisan manusia sejatinya akal dan mana yang manusia sejatinya binatang. Meski keduanya itu dengan mudah kita jumpai. Adakalanya artikulasi kehidupan itu kita indahkan dengan proses human enginering
Dalam artian pembangunan manusia atau bangsa lah yang sejatinya kita prioritaskan tanpa ada pembagian status quo atau quo vades didalamnya. Hal tersebut sejatinya selalu dikumandangkan melalui penalaran para aktivist atau penggerak kepemudaan di berbagai sektor. Akan tetapi yang menjadi heran dinegeri ini peran mahasiswa atau pemudanya yang justru tidak mampu paham pada kehendak menjadinya di alam jagat raya ini.
             Maka dari itu dsari asumsi saya tentang memaknai seteguk kopi pada suasana malam pagi siang atau sore itulah yang perlu kita jadikan subaltern knowladge (pengetahuan yang terbentuk dari arus pinggiran , seperti warung2 kopi, angkringan, dan cafekopi). Inilah yang perlu kita klarifikasi tentang pahit manis kehidupan . Bahwa tentang fana-nya hidup, seperti halnya kita "ngopi" yang tidak selalu menjadi ketergantungan pada kehendak keinginan pada sesuatu yang diinginkan oleh kita. Dalam hal ini saya ingin berbagi cerita yang inafiratif dari seorang tokoh guru bangsa . Seorang inspirator dalam cara menemukan makna pada arti dan bahasa. Ya dia adalah GUS DUR seorang yang surfive dan progres dalam mengejawantahkan bentuk bahasa prosa-prosa ilmiyahnya ataupun paradigma ponetik yang sesekali sulit ditejemahkan bahasa sederhananya. Meski saya paham bahwa bahasa itu manasuka. Akan tetapi didalamnya terselip simbol-simbol pengetahuan atau paradigma mukhotob/seseorang yang bebicara dan perlu kita analisis lebih lanjut. Berikut ini adalah pandangan gusdur dalam meneguk kopi berikut pemaknaannya dan kiasannya.

*PESAN GUS DUR*

Dalam minuman 'KOPI' pada dasarnya terdiri dari 3 unsur, yaitu:
1. Kopi
2. Gula
3. Rasa

Yang mana dalam FILOSOFI digambarkan sebagai berikut:

Kopi = Orang tua/wali
Gula = Guru
Rasa = siswa

Kasus 1:
Jika kopi terlalu pahit
Siapa yang salah?

Gula lah yg disalahkan karena terlalu sedikit hingga "rasa" kopi pahit

Kasus 2:
Jika kopi terlalu manis
Siapa yg disalahkan?

Gula lagi karena terlalu banyak hingga "Rasa" kopi manis.

Kasus 3:
Jika takaran kopi & gula balance
Siapa yg di puji...? Tentu semua akan berkata:
Kopinya mantaaap.................!!!!! Kmn gula yg mempunyai andil membuat "rasa" kopi menjadi mantaaap.

Itulah guru yg ketika "rasa" (siswa) terlalu manis (menyebabkan diabet) atau terlalu pahit (bermasalah) akan dipersalahkan.

Tetapi ketika "rasa" mantap atau berprestasi, maka orang tua lah yang akan menepuk dadanya:
"Anak siapa dulu"

Mari Ikhlas seperti Gula yg larut tak terlihat tapi sangat bermakna.

Gula PASIR memberi RASA MANIS pada KOPI, tapi orang MENYEBUTnya KOPI MANIS... bukan KOPI GULA... Gula PASIR memberi RASA MANIS pada TEH, tapi orang MENYEBUTnya TEH MANIS... bukan TEH GULA... ORANG menyebut ROTI MANIS... bukan ROTI GULA... ORANG menyebut SYRUP Pandan, Syrup APEL, Syrup JAMBU....
padahal BAHAN DASARnya GULA....
Tapi GULA tetap IKHLAS LARUT dalam memberi RASA MANIS... Akan tetapi apabila berhubungan dgn penyakit, barulah GULA disebut.. PENYAKIT GULA

Begitulah HIDUP.... Kadang KEBAIKAN yang Kita TANAM tak pernah disebut Orang, tapi kesalahan akan dibesar-besarkan.

IKHLAS lah seperti GULA...
LARUT lah seperti GULA... Tetap SEMANGAT memberi KEBAIKAN...!!!!
Tetap SEMANGAT menyebar KEBAIKAN..!!! Karena KEBAIKAN tidak UNTUK DISEBUT...
tapi untuk DIRASAkan... 
*PESAN GUS DUR*

Dalam minuman 'KOPI' pada dasarnya terdiri dari 3 unsur, yaitu:
1. Kopi
2. Gula
3. Rasa

Yang mana dalam FILOSOFI digambarkan sebagai berikut:

Kopi = Orang tua/wali
Gula = Guru
Rasa = siswa

Kasus 1:
Jika kopi terlalu pahit
Siapa yang salah?

Gula lah yg disalahkan karena terlalu sedikit hingga "rasa" kopi pahit

Kasus 2:
Jika kopi terlalu manis
Siapa yg disalahkan?

Gula lagi karena terlalu banyak hingga "Rasa" kopi manis.

Kasus 3:
Jika takaran kopi & gula balance
Siapa yg di puji...? Tentu semua akan berkata:
Kopinya mantaaap.................!!!!! Kmn gula yg mempunyai andil membuat "rasa" kopi menjadi mantaaap.

Itulah guru yg ketika "rasa" (siswa) terlalu manis (menyebabkan diabet) atau terlalu pahit (bermasalah) akan dipersalahkan.

Tetapi ketika "rasa" mantap atau berprestasi, maka orang tua lah yang akan menepuk dadanya:
"Anak siapa dulu"

Mari Ikhlas seperti Gula yg larut tak terlihat tapi sangat bermakna.

Gula PASIR memberi RASA MANIS pada KOPI, tapi orang MENYEBUTnya KOPI MANIS... bukan KOPI GULA... Gula PASIR memberi RASA MANIS pada TEH, tapi orang MENYEBUTnya TEH MANIS... bukan TEH GULA... ORANG menyebut ROTI MANIS... bukan ROTI GULA... ORANG menyebut SYRUP Pandan, Syrup APEL, Syrup JAMBU....
padahal BAHAN DASARnya GULA....
Tapi GULA tetap IKHLAS LARUT dalam memberi RASA MANIS... Akan tetapi apabila berhubungan dgn penyakit, barulah GULA disebut.. PENYAKIT GULA

Begitulah HIDUP.... Kadang KEBAIKAN yang Kita TANAM tak pernah disebut Orang, tapi kesalahan akan dibesar-besarkan.

IKHLAS lah seperti GULA...
LARUT lah seperti GULA... Tetap SEMANGAT memberi KEBAIKAN...!!!!
Tetap SEMANGAT menyebar KEBAIKAN..!!! Karena KEBAIKAN tidak UNTUK DISEBUT...
tapi untuk DIRASAkan...

               Halaman pesan GUSDUR dilansir dari catatan Sahabat Saya seorang yang memiliki pemikiran yang luar biasa . Mahasiswa Pasca Sarjana UIN Sgd Bandung Kang Uzi. Asli dari Cianjur.
Kritik dan saran silahkan lontarkan melalui 
email atau komentar di bawah ini... 
terimakasih.

Wallahulmuafieq illaakwamittharieq