Penghancuran buku dari masa kemasa




PBDMKM
Judul                   : Penghancuran Buku dari Masa ke Masa
Penulis                : Fernando Baez
Penerjemah        : Lita Soerjadinata
Tahun Terbit      : 2013 (pertama terbit 2004)
Penerbit               : Marjin Kiri
Tebal                     : 373 + xx halaman
Fernando Baez, seorang pakar perbukuan dari Venezuela, sedang berada di Irak ketika pasukan Amerika Serikat menggempur Baghdad dan menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bagaimana buku-buku juga manuskrip kuno yang berada di Universitas Baghdad dibakar dan dijarah. Bisa dibayangkan bagaimana perasaannya saat itu. Seseorang yang dari kecil begitu mencintai buku tidak bisa berbuat banyak untuk menyelamatkan karya manusia di mana buku pertama kali dilahirkan.
Penghancuran Buku dari Masa ke Masa mengurutkan sejarah penghancuran buku mulai dari zaman dunia kuno, dari Byzantium hingga abad ke-19, dan dari abad ke-20 hingga sekarang, yang kesemuanya dibagi dalam tiga bagian. Kengerian demi kengerian dipaparkan jekas di buku ini. Mulai dari buku yang hancur karena faktor alam juga karena ulah manusia. Penelitian yang dilakukan Baez untuk menghasilkan buku ini memakan waktu tidak sedikit, 12 tahun. Buku dengan judul asliHistoria Universal De la Destruction De Libros (2004) ini telah diterjemahkan dalam beberapa bahasa.
Jika kita berpikir penghancuran buku dilakukan oleh orang-orang yang tidak berpendidikan, buku ini akan membuat kita tercengang. Sejarah mencatat, kaum biblioklas adalah penghancur buku terbesar. Kaum biblioklas adalah orang yang berpendidikan, berbudaya, perfeksionis, dengan bakat intelektual yang tak biasa dan cenderung depresif, tidak mampu menolerir kritik, egois, mitomania, dan cenderung mewakili kekuatan yang sedang berkuasa, karismatik, dengan fanatisme berlebihan pada agama dan paham tertentu. Bahkan seorang filsuf terkenal seperti Plato pun pernah membakar buku.
Buku ini juga membahas berbagai macam sensor terhadap buku yang terjadi di abad modern. Salah satu yang cukup menggemparkan terjadi pada 26 September 1988 ketika Viking Penguin menerbitkan The Satanic Verses, sebuah novel karya Salman Rusdie, penulis India-Inggris. Novel yang merupakan satir tentang Nabi Muhammad dan hal-hal tabu bagi muslim ini mendapat reaksi yang sangat cepat dan keras dari dunia Islam. Harry Potter, karya J.K Rowling yang bercerita tentang sekolah sihir juga tidak luput dari sensor. Di Alamogordo, New Mexico, sebuah komunitas keagamaan membakar ratusan kopi Harry Potter karena menganggap buku ini mendorong anak muda belajar sihir dan ilmu hitam.
Tidak kalah dengan isinya, desain sampul buku ini dibuat cukup unik, yaitu seperti buku yang baru terbakar dengan beberapa bagian yang hilang dan berlubang. Sebagai penutup. Sebuah kutipan dari Heinrich Heine cukup menarik untuk disimak, “Di sana, di mana buku-buku dibakar, pada akhirnya orang akan membakar manusia juga.” Buku adalah bukti nyata peradaban manusia, buah pemikiran manusia yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Jika yang seperti ini bisa dihancurkan, tidak menutup kemungkinan penciptanya juga akan dihancurkan. Dan sudah mulai terjad.
Namun hal ini terkesan utofis dengan beberapa paparan dalam bukunya tentang propaganda dan agitasi media yang analisis oleh noam chomsky. karena beberapa argumentasinya berhadapan dengan spekulasi yang menegaskan beberapa pendapat tentang pengaruh konstalasi yang berpaakh pada kekuasaan. 
Tapi demikian