JURUS BINGUNG ISTANA
JURUS BINGUNG ISTANA
Jokowi di ujung tanduk.
Alasannya jelas...ketika corona mewabah di Wuhan di bulan Januari..Jokowi dan para menterinya terlihat santai.
Ketika Corona benar-benar menghantam Indonesia, hal yang dikhawatirkan pun terjadi. Indonesia belum siap.
Dua bulan dibuang percuma.
Artinya persiapan perang melawan Corona tidak dilakukan secara total..benar ada persiapan..namun persiapan itu tidak cukup memadai.
Ternyata pada saat mulai pertempuran 2 Maret 2020 lalu, persiapan perang melawan virus Corona berantakan.
Persiapan senyap yang ditunggu, tak seperti yang dibayangkan.
Ambil satu contoh saja soal APD..Alat Pelindung Diri (APB) untuk para dokter dan perawat sangat minim.
Masker dan alat test Corona yang ada, jumlahnya jauh dari yang diharapkan.
Namun seiring dengan perkembangan situasi, persiapan perang melawan Corona mulai terihat lebih rapi dan matang.
Jokowi sedikit demi sedikit mulai keluar dari tekanan..situasi mampu dikendalikan.
Posisinya bergeser menjauh dari titik di ujung tanduk.
Perang Jokowi melawan Corona, tidak murni hanya melawan Corona.
Ada tiga pihak yang ikut menebeng dan memanfaatkan kekacauan virus Corona untuk melengserkan Jokowi..adalah kaum radikalis agama semacam HTI..Gabungan para mafia minyak, pangan & koruptor dan pihak asing yang ingin Indonesia kolaps.
Setiap saat mereka menunggu, aktif melakukan provokasi, memancing kerusuhan, mengintip, membentuk opini ngawur dan siap memangsa Jokowi bulat-bulat.
Mereka menunggu Jokowi terpeleset...kita namai komplotan yang menebeng pandemic Corona ini sebagai Kadrun.
Bersama para buzzer, mereka berteriak lancang: “Lockdown”.
Jokowi tidak langsung melakukan lockdown. Jokowi membiarkan Kadrun kebingungan.
Mengapa?
Jokowi mengumpan Terawan, Luhut, Jubir Istana dan Menter lain membuat pernyataan yang satu sama lain terlihat berbeda dan kurang koordinasi..bahkan pernyataan Jokowi sendiri bisa berbeda dengan para menterinya.
Pada satu kesempatan Jokowi mengatakan bahwa Indonesia tidak akan melakukan lockdown. Pada kesempatan lain, Luhut memberi pernyataan, Indonesia bisa setiap saat lockdown.
Jokowi mengatakan bahwa cicilan kredit kendaraan dilonggarkan satu tahun. Di kesempatan lain, jubir istana Fadjroel memperinci pernyataan Jokowi itu dengan mengatakan bahwa kemudahan cicilan kredit kendaraan itu hanya bagi pihak yang terdampak Corona.
Di satu kesempatan, istana meminta daerah tetapkan protocol kesehatan di wilayahnya. Pada kesempatan lain Mendagri Tito mengatakan bahwa terkait Corona, daerah tak membuat kebijakan sendiri.
Pada kesempatan lain, Jokowi mengeluarkan pernyataan bahwa ada opsi darurat sipil dan bukan lockdown. Lalu pada akhirnya yang diambil adalah PSBB.
Di kesempatan lain, Jokowi mengatakan tidak melarang mudik.
Namun Jubir presiden Fadjroel menyampaikan bahwa Jokowi memperbolehkan mudik. Pernyataan ini langsung diralat Praktino bahwa pemerintah berusaha keras mengajak masyarakat tak mudik ke kampung halaman di tengah wabah corona.
Ketika kadruan dan para buzzernya ramai-ramai mengecam satu demi satu pernyataan Jokowi dan para pejabatnya, pejabat lain mengeluarkan pernyataan lain.
Ketika buzzer mengejar pernyataan lain itu, Jokowi mengeluarkan pernyataan yang baru. Kadrun dan para buzzer kebingungan dan hanya bisa memaki-maki.
Ternyata Jokowi sedang mengendalikan isu, melempar isu, menarik isu, melebarkan isu. Jokowi cerdas memainkan isu sambil melakukan test the water..dan seperti yang kita tahu kaum kadrun dan para buzzer mereka, termakan isu itu.
Saya ambil contohnya ketika ada wacana darurat sipil melawan corona, kadrun ketakutan.
Mereka kemudian ramai-ramai mengerahkan tenaga menolak darurat sipil..ada banyak opini berseliweran soal darurat sipil itu.
Tetapi pada akhirnya yang jadi sekurang-kurangnya sampai hari ini adalah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Para Kepala Daerah yang semula berani mengumumkan lockdown di daerahnya, kini tak berkutik setelah diancam oleh Jokowi.
Pun penerapan PSBB seperti di Jakarta yang mulai dilakukan hari ini (Jumat 10 April) secara hati-hati dan terukur tidak menimbulkan gejolak.
Jokowi menang...Kadrun pun tersungkur.
Kini Jokowi memasuki puncak pertempuran melawan Kadrun-Corona.
Indonesia juga semakin siap menghadapi corona..dana 400 triliun Rupiah siap diluncurkan Jokowi.
APD, masker, alat test, koordinasi dengan semua pihak semakin baik.
PSPB pun juga sudah siap diterapkan di daerah lain dengan persiapan yang matang.
Pun yang paling telak adalah adalah Kapolri mengeluarkan telegram untuk menangkap siapa saja penghina Presiden.
Telegram Polri ini membuat SBY kebakaran jenggot yang sudah jarang tumbuh.
Ini adalah salah satu bentuk serangan balik dari Jokowi.
Siapapun yang memperkeruh suasana..seenak jidat mengkritik dengan fitnah tanpa dasar dengan berlindung pada kata demokrasi... langsung ditangkap.!!